Ada
suatu hal yang membuat wisuda IPB pada 22 September 1979 semakin berkesan.
Momen wisuda kali itu tidak hanya membekas dan berharga bagi orang-orang wisuda
saja, tapi seluruh bagian IPB turut tak melupakan hari berharga itu hingga hari
ini. Kasim Arifin namanya. Adalah orang di balik kenangan abadi bagi institut
pertanian terbaik bangsa. Beliau diwisuda oleh Rektor IPB, Bapak Andi Hakim
Nasution, setelah menghilang sejak 15 tahun lamanya. Bapak Kasim Arifin
dianugerahi gelar insinyur pada saat itu.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Pada tingkat akhirnya di kampus, Pak
Kasim mengikuti program Karawang dan meneruskan pengabdian masyarakatnya di
Pulau Seram, Desa Walmital. Selama kegiatan tersebut, Pak Kasim begitu
mendedikasikan dirinya dalam membantu menyelesaikan permasalahan masyarakat
yang ada di Desa Walmital. Berbekal pengetahuan yang sudah ia dapatkan selama
berkuliah, Pak Kasim menemukan sumber air yang ada di pegunungan dan mengajak
masyarakat untuk mengalirkan air tersebut ke Desa Walmital yang sebelumnya
tidak memiliki sumber air untuk bercocok tanam selain menggunakan air di musim
hujan. Jalan desa dan beberapa infrastruktur desa lainnya juga digerakkan
pembangunannya oleh Pak Kasim.
Dengan
kepiawaian Pak Kasim menggerakkan masyarakat yang diseimbangkan dengan modal kemauan,
kesungguhan, kesabaran, keuletan, Desa Walmital menjadi daerah subur. Dengan
modal tersebut juga, Pak Kasim menikmati kegiatan Kuliah Kerja Nyatanya di Desa
Walmital dengan serius dan mendalami hingga melewati batas waktunya. KKN yang
seharusnya cukup dilaksanakan dua hingga tiga bulan, Pak Kasim melakukannya
selama 15 tahun.
To be continued....
Komentar
Posting Komentar